A TES DAN PENGUKURAN TES PENGUKURAN DAN PENILAIAN MERUPAKAN

A TES DAN PENGUKURAN TES PENGUKURAN DAN PENILAIAN MERUPAKAN
ANALISA PENGUKURAN KINERJA SDM PT POS INDONESIA (PERSERO) DENGAN
ANALISIS PENETAPAN PRIORITAS PERBAIKAN SISTEM BISNIS DAN PENGUKURAN KINERJA

APLIKASI METODE DEA (DATA ENVELOPMENT ANALYSIS) UNTUK PENGUKURAN EFISIENSI
BAHAN KULIAH 10 PENGAKUAN DAN PENGUKURAN INVESTASI 1 PENDAHULUAN
EPPD1023 MAKROEKONOMI KULIAH 2 PENGUKURAN KELUARAN NEGARA PENGENALAN KEPENTINGAN

  1. Tes dan Pengukuran

Tes, pengukuran dan penilaian merupakan tiga aspek yang saling berhubungan dalam kegiatan pembelajaran. Tes merupakan alat ukur, pengukuran merupakan proses pemberian angka yang bersifat kuantitatif dan penilaian merupakan proses pengambilan keputusan yang bersifat kualitatif berdasarkan hasil pengukuran.

Pengukuran adalah proses pemberian angka atau usaha memperoleh deskripsi numerik dari suatu tingkatan di mana seorang peserta didik telah mencapai karakteristik tertentu. Pengukuran dalam bidang pendidikan sangatlah kompleks. Kemampuan dalam pengukuran ini dibutuhkan keahlian tersendiri. Oleh sebab itu, kemampuan dalam membuat tes dan melakukan pengukuran dan penilaian merupakan kemampuan profesional yang harus dimiliki oleh guru.

Tes merupakan cara penilaian yang dirancang dan dilaksanakan kepada peserta didik pada waktu dan tempat tertentu serta dalam kondisi yang memenuhi syarat-syarat tertentu yang jelas. Tes sebagai alat penilaian adalah pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada siswa untuk mendapat jawaban dari siswa dalam bentuk lisan (tes lisan), dalam bentuk tulisan (tes tulisan), atau dalam bentuk perbuatan (tes tindakan). Tes pada umumnya digunakan untuk menilai dan mengukur hasil belajar siswa, terutama hasil belajar kognitif berkenaan dengan penguasaan bahan pengajaran sesuai dengan tujuan pendidikan dan pengajaran.


  1. Jenis-Jenis Tes

Ada dua jenis tes yakni tes uraian dan tes objektif. Tes uraian terdiri dari uraian bebas, uraian terbatas, dan uraian berstruktur. Sedangkan tes objektif terdiri dari beberapa bentuk, yakni bentuk pilihan benar-salah, pilihan berganda, menjodohkan, isian pendek dan melengkapi.

  1. Tes uraian

Tes uraian merupakan alat penilaian hasil belajar yang paling tua. Secara umum tes uraian adalah pertanyaan yang menuntut siswa menjawabnya dalam bentuk menguraikan, menjelaskan, mendiskusikan, membandingkan, memberikan alasan, dan bentuk lain yang sejenis sesuai dengan tuntutan pertanyaan dengan menggunakan kata-kata dan bahasa sendiri. Dengan demikian, dalam tes ini dituntut kemampuan siswa dalam hal mengekspresikan gagasannya melalui bahasa tulisan.

Adapun kelebihan atau keunggulan tes uraian ini antara lain adalah:

  1. dapat mengukur proses mental yang tinggi atau aspek kognitif tingkat tinggi;

  2. dapat mengembangkan kemampuan berbahasa, baik lisan maupun tulisan, dengan baik dan benar sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa;

  3. dapat terlatih kemampuan berpikir teratur atau penalaran, yakni berfikir logis, analitis, dan sistematis;

  4. mengembangkan keterampilan pemecahan masalah (problem solving);

  5. adanya keuntungan teknis seperti mudah membuat soalnya sehingga tanpa memakan waktu yang lama, guru dapat secara langsung melihat proses berfikir siswa.

Dilain pihak kelemahan atau kekurangan yang terdapat dalam tes ini antara lain adalah:

  1. sampel tes sangat terbatas sebab dengan tes ini tidak mungkin dapat menguji semua bahan yang telah diberikan, tidak seperti pada tes objektif yang dapat menanyakan banyak hal melalui sejumlah pertanyaan;

  2. sifatnya sangat subjektif, baik dalam menanyakan, dalam membuta pertanyaan, maupun dalam cara memeriksanya. Guru bisa saja bertanya tentang hal-hal yang menarik baginya, dan jawaban nya juga berdasarkan apa yang dikehendakinya;

  3. tes ini biasanya kurang reliabel mengungkap aspek yang terbatas, pemeriksaannya memerlukan waktu lama sehingga tidak praktis bagi kelas yang jumlah siswanya relatif besar.


  1. Jenis-jenis tes uraian

Bentuk tes uraian dibedakan menjadi uraian bebas (free essay) dan uraian terbatas (berstruktur). Dalam uraian bebas jawaban siswa tidak dibatasi, bergantung pada pandangan siswa itu sendiri. Hal ini disebabkan oleh isi pertanyaan uraian bebas sifatnya umum. Melihat karakteristiknya, pertanyaan bentuk uraian bebas ini tepat digunakan apabila bertujuan untuk:

  1. mengungkapkan pandangan para siswa terhadap suatu masalah sehingga dapat diketahui luas dan intensitasnya.

  2. mengupas suatu persoalan yang kemungkinan jawabannya beraneka ragam sehingga tidak ada satupun jawaban yang pasti.

  3. mengembangkan daya analisis siswa dalam melihat suatu persoalan dari berbagai segi atau dimensinya.

Kelemahan tes ini ialah sukar menilainya karena jawaban siswa bisa bervariasi, sulit menentukan kriteria penilaian, sangat subjektif karena bergantung pada guru sebagai penilainya.

Bentuk kedua dari tes uraian adalah uraian terbatas. Dalam bentuk ini pertanyaan telah diarahkan kepada hal-hal tertentu atau ada pembatasan tertentu. Pembatasan bisa dari segi: ruang lingkupnya, sudut pandang menjawabnya, dan indikator-indikatornya.

Dengan adanya pembatasan tersebut jawaban siswa akan lebih terarah sesuai dengan yang diharapkan. Cara memberikan penilaian juga lebih jelas indikatornya. Kriteria kebenaran jawaban bisa lebih mudah ditentukan. Oleh sebab itu, bentuk soal uraian terbatas terasa lebih terarah dan lebih tepat digunakan dari pada bentuk uraian bebas.

Di samping kedua bentuk uraian di atas adal pula bentuk tes uraian yang disebut soal-soal berstruktur. Soal berstruktur dipandang sebagai bentuk antara soal-soal objektif dengan soal-soal esai. Soal berstruktur merupakan serangkaian soal jawaban singkat sekalipun bersifat terbuka dan bebas menjawabnya. Soal yang berstruktur berisi unsur-unsur pengantar soal, seperangkat data, dan serangkaian subsoal.


  1. Menyusun soal bentuk uraian

Agar diperoleh soal-soal bentuk uraian yang dikatakan memadai sebagai alat penilaian hasil belajar, hendaknya diperhatikan hal-hal berikut.

  1. Dari segi isi yang diukur

Segi yang hendak diukur hendaknya ditentukan secara jelas abilitasnya, misalnya pemahaman konsep, aplikasi suatu konsep, analisis suatu permasalahan, dan aspek kognitif lainnya. Dengan kejelasan apa yang akan diungkapkan maka soal atau pertanyaan yang dibuat hendaknya mengungkapkan kemampuan siswa dalam abilitas tersebut.

Setelah abilitas yang hendak diukur cukup jelas, tetapkan materi yang ditanyakan. Dalam memilih materi sesuai dengan kurikulumnya atau silabusnya, pilih materi yang esensial sehingga tidak semua materi perlu ditanyakan. Materi esensial adalah materi yang menjadi inti persoalan dan menjadi dasar untuk penguasaan materi lainnya. Dengan perkataan lain, bila konsep esensial dikuasai, maka secara keseluruhan siswa akan mengetahui aspek-aspek yang berkenaan dengan konsep tersebut. Aturlah penyajian pertanyaan secara berurutan mulai dari yang mudah menuju kepada yang lebih sulit, atau dari yang sederhana menuju kepada yang lebih kompleks. Gunakan bentuk uraian terbatas atau yang berstruktur.

  1. Dari segi bahasa

Gunakan bahasa yang baik dan benar sehingga muda diketahui makna yang terkandung dalam rumusan pertanyaa. Bahasanya sederhana, singkat, tetapi jelas apa yang ditanyakan.

  1. Dari segi teknis penyajian soal

Hendaknya jangan mengulang-ulang pertanyaan terhadap materi yang sama sekalipun untuk asibilitas yang berbeda sehingga soal atau pertanyaan yang diajukan lebih komprehensif daripada segi lingkup materinya. Perhatikan waktu yang tersedia untuk mengerjakan soal tersebut sehingga soal tidak terlalu banyak atau terlalu sedikit. Bobot penilaian untuk setiap soal hendaknya dibedakan menurut tingkat kesulitan soal. Soal-soal yang tergolong sulit diberi bobot yang lebih besar. Tingkat kesulitan soal dilihat dari sifat materinya dan abilitas yang diukurnya. Abilitas analisis lebih sulit daripada aplikasi dan pemahaman demikian juga sintesis lebih sulit daripada analisis. Sedangkan dari aspek materi, konsep lebih sulit daripada fakta.

  1. Dari segi jawaban

Setiap pertanyaan yang diajukan sebaiknya telah ditentukan jawaban yang diharapkan, minimal pokok-pokoknya. Tentukan pula besarnya skor maksimal untuk setiap soal yang dijawab benar dan skor minimal bila jawaban dianggap salah atau kurang memadai.

  1. Tes Objektif

  1. Bentuk soal jawaban singkat

Bentuk soal jawaban singkat merupakan soal yang menghendaki jawaban dalam bentuk kata, bilangan, kalimat, atau simbol dan jawabannya hanya dapat dinilai benar atau salah.

Kebaikan bentuk soal jawaban singkat:

  1. Menyusun soalnya relatif mudah

  2. Kecil kemungkinan siswa memberi jawaban dengan cara menebak

  3. Menuntut siswa untuk dapat menjawab dengan singkat dan tepat

  4. Hasil penilaiannya cukup objektif

Kelemahan bentuk sosl jawaban singkat:

  1. Kurang dapat mengukur aspek pengetahuan yang lebih tinggi

  2. Memerlukan waktu yang agak lama untuk menilainya sekalipun tidak selama bentuk uraian

  3. Menyulitkan pemeriksanaan apabila jawaban siswa membingungkan pemeriksa


  1. Bentuk soal benar-salah

Bentuk soal benar-salah adalah bentuk tes yang soal-soalnya berupa pernyataan. Sebagian dari pernyataan itu merupakan pernyataan yang benar dan sebagian lagi merupakan pernyataan yang salah. Pada umumnya bentuk soal benar-salah dapat dipakai untuk mengukur pengetahuan siswa tentang fakta, definisi, dan prinsip.

Kebaikan bentuk soal benar-salah:

  1. Pemeriksaan dapat dilakukan secara objektif dan cepat

  2. Soal dapat disusun dengan mudah

Kelemahan bentuk soal benar-salah:

  1. Kemungkinan menebak dengan benar jawaban setiap soal adalah 50%

  2. Kurang dapat mengukur aspek pengetahuan yang lebih tinggi karena hanya menuntut daya ingat dan pengenalan kembali

  3. Banyak masalah yang tidak dapat dinyatakan hanya dengan dua kemungkinan (benar dan salah)


  1. Bentuk soal menjodohkan

Bentuk soal menjodohkan terdiri atas dua kelompok peryataan yang paralel. Kedua kelompok pertanyaan ini berada dalam satu kesatuan. Kelompok sebelah kiri merupakan bagian yang berisi soal-soal yang harus dicari jawabannya.

Kebaikan bentuk soal menjodohkan:

  1. Penilaiannya dapat dilakukan dengan cepat dan objektif

  2. Tepat digunakan untuk mengukur kemampuan bagaimana mengidentifikasi antara dua hal yang berhubungan

  3. Dapat mengukur ruang lingkup dua pokok bahasan atau subpokok bahasan yang lebih luas

Kelemahan bentuk soal menjodohkan:

  1. Hanya dapat mengukur hal-hal yang didasarkan atas fakta dan hafalan

  2. Sukar untuk menentukan materi atau pokok bahasan yang mengukur hal-hal yang berhubungan


  1. Bentuk soal pilihan ganda

Soal pilihan ganda adalah bentuk tes yang mempunyai satu jawaban yang benar atau paling tepat. Dilihat dari strukturnya, bentuk soal pilihan ganda terdiri atas:

Kebaikan bentuk soal pilihan ganda:

  1. Materi yang diujikan dapat mencakup sebagian besar dari bahan pengajaran yang telah diberikan

  2. Jawaban siswa dapat dioreksi (dinilai) dengan mudah dan cepat dengan menggunakan kunci jawaban

  3. Jawaban untuk setiap pertanyaan sudah pasti benar atau salah sehingga penilainnya bersifat objekif

Kelemahan bentuk soal pilihan ganda:

  1. Kemungkinan untuk melakukan tebakan jawaban masih cukup besar

  2. Proses berpikir siswa tidak dapat dilihat dengan nyata


  1. Pengembangan Tes

Konstruk adalah kerangka dari suatu konsep. Konsep merupakan aspek abstrak dari realitas, digunakan untuk menyebutkan sifat-sifat yang mungkin dimiliki oleh suatu benda, orang, atau peristiwa. Pada tingkatan yang lebih kompleks, misalnya setelah melalui proses penurunan (inferensi), sebuah konsep selanjutnya disebut sebagai konstruk (variabel teoritis). Sedangkan untuk dapat mengukur beragamnya nilai sebuah konstruk, dibutuhkan suatu indikator (variabel). Konstruk berhubungan dengan sikap, minat, intelegensi, kepemimpinan, agresivitas.

Sebuah teori menyatukan beberapa pernyataan terhadap konstruk-konstruk yang saling memiliki hubungan kausalitas.

Dalam permodelan teori dikenal beberapa konstruk:

Dua konstruk dapat menyebabkan satu sama lain di dalam sebuah proses yang disebut persebaban resiprokal (resiprocal causation).

Konstruk memiliki validitas. Validitas konstruk adalah validitas yang berkaitan dengan kesanggupan suatu alat ukur dalam mengukur pengertian suatu konsep yang diukurnya. Menurut Jack R. Fraenkel validasi konstruk (penentuan validitas konstruk) merupakan yang terluas cakupannya dibanding dengan validasi lainnya, karena melibatkan banyak prosedur termasuk validasi isi dan validasi kriteria.

Jack R. FraenkelI menyatakan bahwa untuk mendapatkan validitas konstruk ada tiga langkah di dalamnya yaitu:

    1. Variabel yang akan diukur harus didefinisikan dengan jelas

    2. Hipotesis, yang mengacu pada teori yang mendasari variabel penelitian harus dapat membedakan orang dengan tingkat gradasi yang berbeda pada situasi tertentu

    3. Hipotesis tersebut diuji secara logis dan empiris.


Dalam pengembangan tes, domain yang akan diukur dibagi menjadi domain kognitif, domain afektif, dan domain psikomotor. Level pembelajaran di atas akan sangat tergantung pada pencapaian level di bawahnya.

Level pembelajaran domain kognitif:

  1. Knowledge yaitu mengingat sesuatu

  2. Comprehension yaitu menangkap/memahami arti sesuatu

  3. Application yaitu menggunakan sesuatu dalam situasi konkrit

  4. Analysis yaitu memecah sesuatu menjadi material pembentuknya

  5. Synthesis yaitu menyusun bagian-bagian menjadi satu

  6. Evaluation yaitu menilai sesuatu berdasar kriteria tertentu

Kategori utama domain afektif:

  1. Receiving phenomena yaitu kewaspadaan, mau mendengar

  2. Responding to phenomena yaitu partisipasi aktif sebagai pembelajar

  3. Valuing yaitu nilai seseorang melekat pada perilaku

  4. Organization yaitu mengorganisasi nilai ke dalam prioritas

  5. Characterization yaitu memiliki sistem nilai yang mengatur perilaku

Kategori utama domain psikomotor:

  1. Perception yaitu mampu melakukan pergerakan

  2. Set yaitu kesiapan bertindak

  3. Guided response yaitu melakukan imitasi, trial & error

  4. Mechanism yaitu menjadi kebiasaan

  5. Complex overt response yaitu pola pergerakan kompleks

  6. Adaptation yaitu memodifikasi pola pergerakan

  7. Origination yaitu menciptakan pergerakan baru


Dalam mengukur indikator pencapaian hasil belajar baik kognitif, afektif maupun psikomotor dapat menggunakan berbagai macam bentuk tes baik tertulis maupun lisan. Domain kognitif dapat diukur menggunakan seperti misalnya tes lisan, tes pilihan ganda, tes obyektif, tes uraian, tes jawaban singkat, menjodohkan, dan tes unjuk kerja. Tes pada domain afektif untuk mengukur sikap dengan teknik antara lain observasi, pertanyaan langsung, dan laporan pribadi yang diukur dengan menggunakan skala Likert. Sedang hasil belajar psikomotor yang indikator keberhasilannya lebih berorientasi pada gerakan dan menekankan pada reaksi fisik atau keterampilan tangan.


Spesifikasi Item

Suatu spesifikasi tes biasanya meliputi hal-hal berikut.

  1. Identifikasi tujuan ukur

  2. Pembatasan cakupan isi (content) test

  3. Penentuan tingkat kompetensi yang akan diungkap

  4. Penentuan tipe item yang akan digunakan

  5. Penentuan banyaknya item

  6. Tabel spesifikasi


Spesifikasi test tidak saja akan sangat membantu penyusunan test sebagai suatu pedoman atau petunjuk, akan tetapi juga merupakan informasi bagi siswa mengenai apa yang akan dihadapi oleh meraka di dalam ujian dan bagaimana mereka dapat mempersiapkan diri sebagi-baiknya. Hal ini akan lebih memberi arti bagi suatu test sebagai motivator dalam belajar (Ebel, 1979).


  1. Identifikasi tujuan ukur

Tujuan pengukuran harus diketahui dengan jelas lebih dahulu oleh seorang penyusun test. Tujuan pengajaran dapat dilihat dari fungsi evaluasi yang dilakukan oleh suatu test, yaitu penempatan, formatif, diagnostik, dan sumatif. Masing-masing tujuan fungsi ini menghendaki adanya penyesuaian dalam desain test yang direncanakan. Penyesuaian ini meliputi pertimbangan-pertimbangan pengambil sampel item dari masing kawasan pengetahuan yang akan diukur dan pertimbangan-pertimbangan mengenai tingkat serta penyebaran kesukaran item.

  1. Membatasi cakupan isi test

Bagi suatu pelajaran atau kawasan pengetahuan yang diajarkan seringkali meminta perhatian yang tidak sama dikarenakan pertimbangan mengenai relevansi ataupun pentingnya bagian pelajaran tersebut bagian suatu program keseluruhan. Pertimbangan ini menyebabkan perbedaan pula dalam luas serta dalamnya pembahasan yang diperlukan di dalam kelas. Makin penting suatu unit atau bagian pelajaran maka akan semakin banyak waktu yang diperlukan guna membicarakannya secara lebih mendalam dan meluas.

Suatu cara yang dapat ditempuh dalam usaha menyusun test yang berisi item yang komprehansif dan relevan ini adalah dengan melakukan pembagian bahan ujian sesuia dengan rencana pembelajaran atau tujuan instruksional yang telah digariskan. Pembagian ini dapat didasarkan pada bab-bab dalam buku yang dijadikan pegangan selama program pelajaran.

  1. Menentukan tingkat kompetensi yang diungkap

Tingkat kompetensi merupakan operasionalisasi tujuan instruksional dalam suatu program. Suatu tujuan instruksional yang masih berupa konsep umum harus dinyatakan dalam bentuk perilaku khusus agar dapat diukur tercapai tidaknya dalam sutau program. Dalam hal ini perilaku subjek menunjuk pada apa yang dapat dilakukan atau diperlihatkan oleh subjek sebagai suatu indikasi bahwa ia telah mencapai hasil belajar pada taraf tertentu. Pencapaian hasil belajar inilah yang dimaksud denngan kompetensi yang akan diungkap oleh item-item test.

Keseluruhan item dalam test yang direncanakan biasanya dibagi atas beberapa taraf kompetensi yang berbeda. Menetapkan taraf kompetensi yang akan diungkap ini niasanya tidak mudah dikarenakan tingkat kompetensi test tergantung pada pertimbangan-pertimbangan yang bersifat khusus sesuai dengan maksud test. Kecuali bila sejak awal program instruksional tingkat kompetensi yang akan dicapai itu telah dirumuskan dengan tegas dan manjadi bagian dari tujun instruksional secara jelas pula.

  1. Menentukan tipe item yang akan digunakan

Dalam penyusunan test prestasi, masalah menentukan format dan tipe item yang akan digunakan adalah sangat penting dan biasanya mencakup pertimbangan-pertimbangan tertentu. Pertimbangan tersebut pertama adalah yang menyangkut hakikat hasil belajar. Suatu item haruslah mengukur hasil belajar secara langsung, dan hal ini seringkali menyebabkan penulis item harus memilih tipe item tertentu. Kedua adalah kualitas item yang mungkin dibuat. Dalam hal ini, item tipe pilihan ganda memiliki kualitas terbaik dalam arti yang akan mempunyai fungsi pengukuran yang lebih efektif daripada item tipe lainnya.

Menurut prosedur skoring (pemberian angka), maka item dalam test prestasi dapat dibagi menjadi dua tipe, yaitu:

  1. Item tipe objektif. Ciri utamanya adalah adanya satu jawaban yang dianggap benar atau dianggap terbaik

  2. Item tipe karangan (essay). Beberapa ahli menggunakan istilah item tipe subjekif untuk menunjukkan bahwa dalam skoringnya unsur subjektivitas pemberi skor tidak dapat dihindari.

  1. Menentukan banyaknya item

Batasan jumlah item dalam suatu test tidak dapat ditentukan secara umum. Menentukan banyaknya item menyangkut beberapa pertimbangan, baik pertimbangan teoritis maupun pertimbangan praktis. Secara teoritis, suatu test haruslah berisi sebanyak-banyaknya item yang independen (tidak terikat) satu sama lain. Independen maksudnya adalah bahwa masing-masing item mengungkap bagian terkecil bahan test yang berbeda satu sama lain menurut tingkat kompetensi tertentu. Apabila penulis item mampu menulis item yang independent seperti yang dimaksudkan, maka ada dua alasan untuk memasukkan sebanyak-banyaknya item dalam suatu test. Alasan pertama adalah dasar fikiran bahwa suatu test yang komprehensif cakupannya daripada test yang hanya berisi sedikit item, jadi isi test itu akan lebih mewakili keseluruhan bahan test. Alasan kedua adalah mengenai konsistensi hasil pengukuran test tersebut yang berkaitan dengan jumlah item. Konsistensi ini dinyatakan sebagai reliabilitas test yang secara teoritis dapat ditunjukkan bahwa suatu test yang berisi item yang lebih banyak akan mempunyai reliabilitas yang lebih tinggi daripada test yang berisi sedikit item.

Dengan demikian, sebenarnya suatu test haruslah terdiri dari sebanyak mungkin item. Akan tetapi kemudian terdapat alasan-alasan praktis yang juga tidak dapat lepas dari pertimbangan para penulis item. Alasan tersebut antara lain menyangkut masalah tujuan diadakannya test, waktu yang tersedia bagi penulisan item dan pemeriksaan jawaban siswa, jumlah siswa yang akan dikenai test, waktu yang tersedia bagi siswa untuk menjawab test, kondisi atau keadaan siswa yang dikenai test, dan sebagainya.

Tipe item yang digunakan juga ikut menentukan jumlah item. Suatu test yang berisi item tipe karangan tentu tidak dapat berisi banyak item karena setiap item yang ada akan meminta waktu lebih banyak dari siswa untuk membaca, memahami, dan menjawab soalnya. Test yang berisi item tipe benar-salah tentu dapat terdiri dari item dalam jumlah besar.

  1. Tabel spesifikasi

Tabel spesifikasi test merupakan tabel yang memuat sekaligus cakupan isi test dan tingkat kompetesi yang akan diungkap. Tabel semacam ini berupa tabel dua sisi yang seringkali disebut sebagai blue-print test. Blue-print akan menjadi pegangan yang sangat membantu sewaktu penulisan item berlangsung sebagai suatu pedoman yang akan tetap mengarahkan penuis item pada tujuan pengukuran test dan menjaganya agar tidak keluar dari batasan isi test.

Tabel spesifikasi yang baik, di samping akan meningkatkan kualtas item, juga sangat berguna apabila dikehendaki menyusun lebih dari satu buah test yang paralel. Beberapa buah test yang ditulis oleh beberapa penulis item berdasarkan spesifikasi test yang sama, akan menghasilkan beberapa test yang paralel atau yang setara. Perbedaan yang tampak hanyalah pada rumusan kata-kata yang digunakan dalam item-itemnya saja.


Bentuk umum suatu tabel spesifikasi.



Komponen perilaku


A

B

C

D

Total %

Komponen isi

I






II






III






IV






Total %





100 %




PANDUAN PEMILIHAN INDIKATOR UNIT DAN PENETAPAN PRIORITAS PENGUKURAN MUTU
PENGUKURAN KEPUASAN MAHASISWA TERHADAP PELAYANAN PENDIDIKAN DI JURUSAN AKUNTANSI
PENGUKURAN KINERJA PEMERINTAH DAERAH DENGAN PARADIGMA VALUE FOR MONEY


Tags: pengukuran tes,, tujuan pengukuran, pengukuran, penilaian, merupakan